Masjid Agung Tasikmalaya - Merupakan masjid bersejarah yang mendampingi proses perkembangan daerah Tasikmalaya. Masjid ini dibangun oleh Bupati Sumedang, Raden Tumenggung Aria Surya Atmadja dan kemudian diserahkan kepada Patih Tasikmalaya, Patih Demang Sukma Amijaya.
Hingga kini masjid tercatat telah mengalami lima kali renovasi, yakni tahun 1923, 1973, 1982, dan 2000. Adapun pada 1977 renovasi dilaksanakan karena gempa bumi hebat yang menyebabkan bangunan masjid retak. Kondisi masjid tidak mungkin diperbaiki dengan renovasi tambal sulam. Akhirnya, masjid diruntuhkan dan dibangun total.
Saat ini masjid telah menjelma menjadi landmark Kota Tasikmalaya. Letak yang sangat strategis di pinggir jalan protokol pusat kota, aksen warna kuning emas pada atap, dan empat menara yang mirip dengan menara Masjidil Haram membuat masjid ini menjadi pusat perhatian di sana.
Di samping nilai estetika, detail arsitektur masjid juga menekankan pada makna filosofis Islam. Lima buah atap mencerminkan kewajiban shalat lima waktu dan lima perkara pada rukun Islam. Sedangkan empat menara bermakna empat ilmu, yakni ilmu bahasa Arab, syariat, sejarah, dan al- hikmah atau filsafat.
Tiga bagian menara masjid mencerminkan tingkat kesempurnaan seorang muslim, yakni iman, Islam, dan ihsan. Menara berketinggian 33 meter ini menyimbolkan jumlah zikir kepada Sang Pencipta dalam bentuk tasbih, tahmid, dan takbir.
Masjid pun memiliki fungsi sosial untuk masyarakat sekitar. Oleh karenanya, rumah ibadah ini dilengkapi taman yang rindang dan asri sehingga menjadikan masjid lebih teduh. Di salah satu bagian taman terdapat pendopo tempat meletakkan sebuah beduk. Beduk tersebut sempat meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai beduk terbesar di Indonesia.
Masih ada prestasi lain yang membanggakan. Pada tahun 2006, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) meraih penghargaan juara umum se-Jawa Barat karena dinilai berhasil memberdayakan umatnya melalui berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, salah satunya adalah dengan mendirikan koperasi.